Struktur antomi kayu dapat
diamati melalui pengamatan makroskopis (sifat kasar kayu) dan pengamatan
mikroskopis.
1.
Ciri Makroskopis
Menurut Tsoumis (1991), sifat
makroskopis kayu adalah sifat yang terlihat pada kayu tanpa harus menggunakan
mikroskop. Bila perlu hanya dibantu dengan lup dengan perbesaran 10-15 kali.
Mandang dan Pandit (2002) menyebutkan bahwa ciri umum kayu yang dapat diamati
secara makroskopis diantaranya adalah warna dan corak, tekstur, arah serat,
kilap, kesan raba, bau dan rasa, serta kekerasan.
a.
Warna Kayu
Warna asli kayu sangat
bervariasi dari hampir putih sampai hitam. Warna kayu disebabkan karena adanya
zat ekstraktif. Perbedaan warna tidak hanya terjadi antar jenis, tetapi juga
dalam jenis yang sama, bahkan dalam sebatang pohon. Warna dari suatu jenis kayu
dipengaruhi oleh lokasi kayu di dalam batang, umur pohon waktu ditebang, dan
kelembaban udara. Kayu yang berasal dari pohon yang lebih tua umumnya lebih
gelap dibandingkan dengan kayu yang berasal dari pohon yang lebih muda dari
jenis yang sama (Pandit & Ramdan 2002).
b.
Tekstur
Tekstur berkaitan dengan
kualitas permukaan kayu yang ditentukan oleh ukuran relatif sel-sel dominan
penyusun kayu. Dikatakan bertekstur halus jika sel-sel dominan penyusun kayu
terutama pembuluh dan serat berukuran kecil, sebaliknya bertekstur kasar jika
sel-sel dominannya berukuran relatif besar (Mandang & Pandit 2002).
c.
Arah Serat
Arah serat kayu adalah
orientasi longitudinal dari sel-sel dominan penyusun kayu terhadap sumbu batang
pohon atau terhadap orientasi sel-sel dominan yang ada di lapisan sebelah atas
atau sebelah bawahnya. Dikatakan berserat lurus jika orientasi sel-sel dominan
tadi searah dengan sumbu batang. Kayu berserat miring apabila orientasi sel-sel
dominan tadi membentuk sudut terhadap sumbu batang pohon (Mandang & Pandit
2002).
d.
Kilap
Suatu jenis kayu dikatakan
mengkilap jika permukaannya memantulkan cahaya. Ada jenis-jenis kayu yang
kusam, agak mengkilap, dan sangat mengkilap (Mandang & Pandit 2002).
e.
Kesan Raba
Kesan raba dinilai dari licin
atau kesat permukaan kayu. Penetapannya dilakukan dengan menggosok-menggosokan
jari ke permukaan kayu. Beberapa jenis kayu terasa licin jika diraba. Biasanya
kayu yang mempunyai tekstur halus dan berat jenis tinggi menimbulkan kesan raba
yang licin. Kesan yang licin dapat pula bertambah jika kayu mengadung minyak
(Mandang & pandit 2002).
f.
Bau dan Rasa
Pada umumnya kayu mempunyai bau
dan rasa tertentu apalagi waktu masih segar, tetapi kebanyakan bau dan rasa
tersebut sulit untuk diterangkan. Hanya beberapa diantaranya yang mempunyai bau
dan/atau rasa yang mudah dikenal (Mandang & Pandit 2002).
g.
Kekerasan
Kekerasan
dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras, dan sangat keras.
Penetapannya dilakukan dengan menyayat kayu pada arah tegak lurus serat. Kayu
yang semakin keras akan semakin sukar disayat dan bekas sayatannya pun
mengkilap (Mandang & Pandit 2002).
2.
Ciri Mikroskopis
Sifat
mikroskopis adalah sifat yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang tetapi
harus menggunakan bantuan mikroskop. Pengamatan menggunakan mikroskop terutama
ditujukan pada sel-sel penyusun kayu meliputi macam dan kondisi yang ada.
a.
Lingkar Tumbuh
Lingkar tumbuh adalah batas
antara sel-sel yang dibentuk akibat perubahan musim namun tidak mesti dalam
satu tahun. Lingkar tumbuh berbeda dengan lingkaran tahun dalam hal waktu
pembentukannya. Lingkaran tahun adalah lingkaran tumbuh yang terbentuk setiap
satu tahun.
Pengelompokan suatu jenis kayu
berdasarkan lingkaran tumbuh atau lingkaran tahunnya dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
Kayu yang mempunyai batas
lingkar tumbuh yang jelas, yaitu kayu yang mempunyai perubahan struktur yang
mendadak pada batas antara kayu awal dan kayu akhir. Biasanya termasuk
perubahan pada ketebalan dinding sel dan atau perubahan pada diameter radial
seratnya.
Kayu yang mempunyai batas
lingkar tumbuh yang tidak jelas atau tidak ada, yaitu lingkar tumbuh yang samar
yang ditandai oleh perubahan struktur yang terjadi secara berangsur-angsur pada
zona tertentu, atau sama sekali tidak dapat dilihat dengan jelas.
Lingkar tumbuh dapat ditandai
oleh satu atau beberapa perubahan sebagai berikut:
Serat atau trakeida kayu
akhir berdinding tebal dan menggepeng radial dibandingkan serat atau trakeida
kayu awal yang berdinding tipis.
Perbedaan mencolok diameter
pembuluh kayu awal dan diameter pembuluh kayu akhir.
Parenkim marjinal (terminal
atau insial) tidak teratur dan tanpa adanya perubahan diameter serat atau
ketebalan dinding serat.
Trakeida vaskular dan sel
pembuluh yang sangat kecil dan sangat banyak membentuk jaringan dasar kayu
akhir, yang tidak ditemukan pada kayu awal.
Penurunan frekuensi parenkim
pita pada zona kayu akhir yang menyebabkan keberadaan wilayah serat makin
jelas.
Pembengkakan jari-jari.
b.
Sel pembuluh (pori)
Menurut Tsoumis (1991), sel
pembuluh atau pori hanya terdapat pada kayu daun lebar. Dalam batang, sejumlah
sel pori tersusun secara bertingkat membentuk suatu kesatuan ke arah
longitudinal menyerupai pipa (saluran) yang panjangnya bervariasi. Struktur
yang demikian lebih dikenal sebagai jaringan pembuluh.
Panjang satu sel pembuluh pada
umumnya berkisar antara 200 sampai 100 m dengan diameter berkisar antara 40
sampai 400 m tergantung pada jenis kayunya. Jarang yang kurang atau lebih dari
itu. Pada pohon, sel-sel inilah yang berfungsi sebagai penyalur air dan zat
hara dari akar ke daun dan sebaliknya. Ciri pembuluh dapat berbeda dari satu
jenis kayu ke jenis yang lain. Ciri tersebut meliputi sebaran, susunan,
diameter, frekuensi, bentuk bidang perforasi, dan isi (Mandang & Pandit
2002).
c. Serat Sel-sel yang berbentuk panjang langsing
dikenal dengan nama serat. Dinding umumnya lebih tebal daripada dinding
parenkima maupun dinding pembuluh. Panjangnya antara 300-3600 μm tergantung
pada jenis pohon dan posisinya dalm batang. Diameternya antara 15 sampai 50 μm.
Ketebalan dindingnya relatif dibanding diameter, dapat tipis, tebal atau sangat
tebal. Serat dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya
terisi dengan lapisan-lapisan dinding. Dari ciri inilah dapat dipahami bahwa
serat berfungsi sebagai penguat batang pohon (Mondang & Pandit 2002).
d. Parenkim
Parenkim merupakan jaringan
yang berfungsi untuk menyimpan serat mengatur bahan makanan cadangan. Menurut
penyusunnya, parenkim dibedakan menjadi 2 macam yaitu parenkim aksial yang
tersusun vertikal dan parenkim jari-jari yang tersusun secara horizontal
(Pandit & Ramdan 2002).
e. Jari-jari
Jari-jari
berfungsi sebagai jalan angkutan bagi cairan pohon dalam arah horizontal dari
dan ke lapisan floem. Sel jari-jari diproduksi dari pembelahan sel inisial
jari-jari dalam kambium. Inisial jari-jari sendiri berasal dari pembelahan
inisial jari-jari sendiri atau yang lain atau dari pembelahan yang tidak sama
dari inisial bentuk kumparan (Haygreen & Bowyer 1989).
Komentar
Posting Komentar