Langsung ke konten utama

KENDALA PENGELOLAAN DALAM SILVIKULTUR

Pemilihan perlakuan silvikultur selalu dikendala oleh pertimbangan-perrtimbangan ekologis, pengelolaan dan sosial.

KENDALA EKOLOGIS
Kualitas Tempat Tumbuh. Kualitas tempat tumbuh alami atau potensi produktivitas merupakan faktor yang dominan diantaranya kesuburan tanah, ketinggian, arah kelerengan dan kelerengan.  pada umumnya, semakin produktif tempat tumbuh semakin banyak perlakuan yang dapat dipertimbangkan.

Vegetasi yang ada. Sifat agregasi vegetasi yang ada pada setiap tegakan harus diperhitungkan dan di jadikan modal. terdapatnya genotipe tertentu dan ciri-ciri fisiologis relatifnya mempengaruhi pemilihan perlakuan silvikultur. Hal ini benar karena perlakuan tertentu bertujuan mengurangi beberapa komponen campuran vegetasi, sedangkan yang lain sengaja bertujuan pembebasan. kemampuan tumbuhan memberikan respon terhadap alternatif cara-cara ini harus diramalkan.

Lingkungan Mikro. Karena pertumbuhan tanaman dipengaruhi dengan kuat oleh lingkungan, lingkungan mikro yang khusus seperti intensitas cahaya, suhu, tekanan evaporasi, dan tersedianya kelembaban tanah dalam setiap agregasi vegetasi yang seragam dalam  tegakan, atau dalam setiap tipe habitat harus dikenal. Lingkungan mikro iniharus diperhitungkan dalam memilih perlakuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman yang ada atau menciptakan tanaman yang baru.

Serangga. Potensi binatang yang ada, serangga, penyakit, atau vegetasi pesaing hendaknya dievaluasi dan dimasukkan dalam pedoman tindakan silvikultur. Mistletoe, Fomes, tikus, kijang, beruang, Dendroctonus, Scolytus, dan pertunasan tumbuhan daun lebar semuanya menjadi kendala pemilihan perlakuan.


KENDALA PENGELOLAAN

Teknis. Ini termasuk faktor-faktor seperti persyaratan operasional atau pembatasan peralatan tertentu, persyaratan rencana pengelolaan yang bisa membatasi etat tebangan atau menetapkan prosedur terntentu, dan pertimbangan-pertimbangan ekonomis.

Kebijaksanaan. Kegiatan-kegiatan dapat dikendala oleh keputusan kebijaksanaan yang mengatur praktek-praktek tertentu pada areal yang berdekatan dengan jalan-jalan raya, yaitu areal-areal yang tampak penting, atau praktek-praktek lain seperti kebijaksanaan Dinas Kehutanan terhadap pengelolaan tegakan seumur.

KENDALA SOSIAL

Perundangan. Ini mungkin pada tingkat federal, seperti Undang-Undang Pengelolaan Hutan Nasioal tahun 1976 yang mengatur pengelolaan lahan negara; tingkat negara bagian, seperti perundangan praktek kehutanan negara bagian, ketentuan perikanan atau perburuan, kontrol polusi, dan terutama perpajakan; atau tingkat lokal seperti ordonansi daerah yang menetapkan ketentuan pokok bagi praktek kehutanan pada suatu daerah.

Tekanan Sosial. Ini berkembang melalui aktivitas kelompok-kelompok konservasi, tempat perburuan, kelomok-kelompok rekreasi, pembangunan rumah istirahat musim panas, dan aktifis-aktifis yang berkaitan.

jadi kekuatan ekologis, pengelolaan dan sosial memberikan kerangka, baik melalui dorongan maupun kendala, yang harus mendasari semua rekomendasi silvikultur yang sesuai dengannya. problema-problema di waktu lampau yang telah menimbulkan perhatian masyarakat umum dan profesional, telah berkembang terutama karena rimbawan menaruh perhatian yang tidak seimbang dan kadang-kadang kurang terhadap aspek pengelolaan pada pembuatan keputusan, dan juga perhatian yang tidak memadai terhadap komponen ekologis dan atau sosial pada sistem itu. dengan kata lain, perkembangan perubahan praktek kehutanan belum sama cepat dengan tingkat perubahan lingkungan sosial yang merupakan wahana kerja kehutanan. Contoh problema ini adalah areal yang tanpa diduga gagal untuk mempermuda diri dengan baik, telah menimbulkan ciri-ciri berat atau menjadi tampak tidak dapat diterima. bila hal ini telah terjadi, terungkang kekhawatiran yang logis mengenai kelayakan praktek-praktek pengelolaan hutan yang berjalan.

Sumber: Buku Prinsip-prinsip Silvikultur Edisi kedua Universitas Gajah Mada

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Anatomi Kayu Ulin

BAB I Pendahuluan A.     Latar Belakang Kayu sebagai produk organisme hidup memiliki sifat-sifat alami yang sangat unik dan masing-masing jenis mempunyai tampilan karakteristik yang berbeda. Sifat-sifat kayu yang unik dan berkarakteristik tersebut saling berhubungan serta mendukung antara satu bagian dengan bagian lainnya sehingga inherent dalam struktur anatomi sel-sel penyusunnya. Wujud dari keunikan dan karakteristik kayu secara nyata divisualisasikan dalam bentuk batang serta bagian penyusun pohon lainnya sehingga membuat kayu menarik untuk ditelaah. Namun dalam pengunaannya kayu sehari-hari kajian tentang struktur atau karakteristik anatomi secara mikroskopis tidak terlalu diutamakan. Padahal dari sifat dasarnya dapat menjadi tinjauan dalam pengidentifikasian serta pemanfaatan kayu sesuai sifat alaminya. Menurut Wahyudi, Pandit dan Budihartoko (1995) agar penggunaan suatu jenis kayu tepat dan efisien, maka macam dan tujuan penggunaan kayu harus disesuaika...

Sifat Makroskopis dan Mikroskopis Kayu

Struktur antomi kayu dapat diamati melalui pengamatan makroskopis (sifat kasar kayu) dan pengamatan mikroskopis. 1.         Ciri Makroskopis Menurut Tsoumis (1991), sifat makroskopis kayu adalah sifat yang terlihat pada kayu tanpa harus menggunakan mikroskop. Bila perlu hanya dibantu dengan lup dengan perbesaran 10-15 kali. Mandang dan Pandit (2002) menyebutkan bahwa ciri umum kayu yang dapat diamati secara makroskopis diantaranya adalah warna dan corak, tekstur, arah serat, kilap, kesan raba, bau dan rasa, serta kekerasan. a.        Warna Kayu Warna asli kayu sangat bervariasi dari hampir putih sampai hitam. Warna kayu disebabkan karena adanya zat ekstraktif. Perbedaan warna tidak hanya terjadi antar jenis, tetapi juga dalam jenis yang sama, bahkan dalam sebatang pohon. Warna dari suatu jenis kayu dipengaruhi oleh lokasi kayu di dalam batang, umur pohon waktu ditebang, dan kelembaban udara. Kayu yang berasal da...

9 RENUNGAN MOTIVASI

Berikut ini  artikel untuk merubah Cara Pandang di dalam diri sendiri (Self Reframing) : 1.TAKLUKKAN DIRI SENDIRI “Dia yang bisa menaklukkan orang lain adalah manusia kuat.  Dia yang bisa menaklukkan dirinya sendiri adalah manusia super.” (Lao Tze) Perenungan Diri: Malam hari sambil berbaring tidur, ambil waktu 1 – 2 menit. Lakukan refleksi kegiatan hari ini secara cepat saja. Tanyakan ke dalam diri sendiri: “Apakah masih ada emosi negatif yang tersimpan dalam diriku saat ini ?” Lalu, tarik nafas yang dalam dan tahan nafas selama yang bisa Anda lakukan. Bayangkan kejadian yang menimbulkan emosi negatif tersebut. Buang dan lepaskan dengan menghembuskan nafas sepanjang mungkin. Lanjutkan dengan bernafas perlahan saja, dan makin perlahan, sampai seluruh badan terasa rileks bak tanpa otot. Diam sejenak dan ambil keputusan untuk berubah, misalnya: “Besok mau senyum aja aaah…” dan tidurlah dengan senyum… zzz…zzz… Karena jika dengan ikhlas kita mulai bisa m...